728x90 AdSpace

  • Alfalah News

    Monday, August 15, 2016

    Membaca Ijtihad Politik (Siyasah) Al Fadhil Syeikh Ramadhan Al Bouthi

    darulfalah.net - Air mata ini belum kering, kesedihan belum terobati sebab kabar wafatnya beliau, akan tetapi kesedihan yang lebih menyakitkan datang tatkala sebagian saudara saya dalam iman menghina dan mencaci beliau, bahkan berbahagia atas peristiwa yang menimpa beliau, lantaran karena berbeda di dalam hasil ijtihad politik dengan beliau. Saya sangat prihatin tatkala membaca celotehan di media online dan beberapa jejaring sosial yang mengutuk dan menghina Syaikh al-Buthi karena ijtihadnya yang terkesan mendukung rezim.

    Padahal seharusnya sebagai sesama muslim kita harus saling menghormati apalagi kepada para ulama yang jasanya sangat besar pada agama ini. Syeikh Yusuf al-Qardhowi yang berseberangan keras dengan beliau dalam masalah kasus Suriah juga ikut prihatian atas syahidnya beliau, kenapa sebagian kaum muslimin Indonesia malah bersikap seperti para musuh Allah yang senang atas kejadian ini? Kira kira siapakah yang dipastikan bahagia dengan wafatnya beliau? Jelas para Kafir yang selama ini telah di bongkar kedoknya oleh Syekh al-Buti.

    Dalam buku beliau yang berjudul Qadoya Sakhinah/ isu isu panas, beliau menyoroti masalah globalisasi yang diusung oleh Barat, bahkan beliau memberi judul globalisasi humanis dan globalisasi penjajahan universal. Dalam buku itu beliau memberi bukti dengan cerdas yang berdasarkan fakta dan data bahwa gagasan globalisasi adalah kedok Barat di dalam menguatkan rencananya untuk menguasai dunia.

    Masih dalam buku tersebut, bahwa istilah terorisme yang dalam bahasa Arabnya adalah irhab, adalah produk bangsa kafir, beliau menjelaskan di hal 167-185, beliau mengutip sebuah makalah yang ditulis dalam majalah yang diterbitkan oleh Departemen sebuah Negara “Foreign Affairs” edisi II tahun 1992 M, yang menjelaskan bahaya Islam dan strategi didalam menghancurkannya. Di dalam buku itu beliau juga mengutip starategi Barat dalam memecah belah kaum muslimin dan bangsa Arab di dalam, yang oleh penulisnya di beri judul “The Middle East And The West”.

    Jadi tidak heran jika para Kafir dan sekutunya sangat membenci beliau. Pandangan-pandangan para filosof dan pemikir barat dipatahkan oleh Al-Buti dengan argumen yang sangat mencengangkan, dan setiap mendiskusikan permasalahan atau sebuah wacana dan pemikiran beliau selalu membandingkan konsep yang ditawarkan oleh Islam dengan penjelasan yang rasional dan mudah difahami.

    Dilain pihak para orentalis yang obyektif menerima dengan baik apa yang digagas oleh al-Buthi, sehingga tidak sedikit para pemuda dan kaum terpelajar di Eropa dan di Benua Amerika yang memeluk Agama Islam, atau paling tidak merubah pandangannya tentang Islam. Ini juga menimbulkan kehawatiran sendiri dikalangan para tokoh dan penguasa Barat.

    Demikian pandangan al-Buthi pada Barat, tentu beliau sangat waspada dan berhati-hati pada setiap gerakan politik yang disitu ada pihak luar yang ikut campur. Tak terkecuali Revolusi Timur Tengah. Siapa yang mengingkari keterlibatan Barat dalam menggulingkan para pemimpin di Negara-Negara Timur Tengah? Apa lagi di Suriah, siapa yang bersikeras dari pemegang veto PBB untuk menginfansi Suriah dengan cara meliter? Seandainya tidak ada Rusia.

    Siapa yang menekan untuk membantu persenjataan oposisi Suriah? Siapa yang melatih para pasukan pemberontak Suriah di Yordan? Sepertinya semuanya pada tahu jawabannya, itulah alasan yang menjadikan Syekh al-Buti terkesan memihak pada rezim yang note banenya adalah Nusyoiriyah. Dalam istilah kaidah Fiqih di kenal akhoffu dararain atau yang paling ringan dari dua bahaya, memihak pada rezim yang dhalim atau memihak oposisi yang didukung oleh kafir? Memihak oposisi berarti meluluskan kepentingan Yahudi. Setidaknya begitulah alasan beliau. Lebih dari itu sebetulnya beliau hanya mengharapkan lenyapnya fitnah dari negeri Syam.

    Berikut ini adalah fatwa-fatwa beliau terkait masalah krisis Suriah, ada seorang penanya yang bertanya: “Yang mulia Dr. Muhammad Said Ramadhon al-Buti, Assalamualaikum wr wb. Khutbah Jumat yang anda sampaikan pada tanggal 8-3-2013 telah menjadi polemik besar ditengah-tengah kaum muslimin. Pada dua tahun ini manhaj anda senantiasa mengajak pada perdamaian, kembali pada Allah dan menjaga untuk tidak menumpahkan darah kaum muslimin dengan sia-sia, hal ini semakin membuat rasa hormat dan cinta kami pada anda, akan tetapi khutbah anda yang terakhir ini telah membuat masalah besar di barisan kaum muslimin, dan sampai detik ini anda tidak pernah memprotes atau tidak setuju terhadap apa yang telah dilakukan oleh rezim yang telah banyak membuat kerusakan dan menumpah darah rakyat sipil yang tidak berdosa, dan kami yakin pengumuman perang untuk membela pemerintah yang anda sampaikan didalam khutbah tersebut akan semakin memperkeruh suasana dan menambah korban jiwa. Saya harap anda menjelaskan pada kami dengan jelas dan lugas agar menjadi pegangan kaum muslimin”.

    Beliau menjawab: ”Sejak awal saya dituduh memihak pada pemerintah, hal ini hanya karena saya tidak setuju dengan ajakan ujuk rasa di jalan raya. Hal ini karena saya tahu bahwa semua itu merupakan strategi jahannam untuk sampai pada seperti yang kita lihat saat ini. Jadi ketidak setujuanku dan peringatanku pada mereka untuk tidak memasuki muqaddimah yang membawa meraka pada mala petaka ini dianggap oleh mereka bahwa saya pendukung pemerintah, dan kenyataannya jelas, bukankah demikian?

    Sekarang apa yang telah saya peringatkan telah menjadi kenyataan, jelas saat ini adalah perang dunia hakiki yang terjadi di Suriah yang telah di atur oleh Kafir dan Salibis sadis, dimana telah diwakili (di dalam memporak-porandakan dan menciptakan negara-negara kecil yang tercerai berai) oleh para preman dan mantan narapidana yang di beri nama Al-Qaidah, yang mana itu merupakan produk Amerika, dengan mempersenjatai mereka untuk menghancurkan negeri yang barokah ini, disamping membuat orang yang tadinya bertetangga menjadi musuh yang meniupkan api peperangan.

    Para tentara dan masyarakat sipil telah melihat dengan jelas ribuan pengacau telah memasuki Suriah, mereka telah melaksakan strategi yang telah terencana ini, mereka telah mengusir, menghancurkan dan memporak-porandakan dan membuat terbunuhnya banyak orang. Dengan demikian engkau akan melihat tanah Suriah akan hilang dari peta dunia, dan Suriah akan menjadi Negara Negara kecil yang dikuasai oleh Israil sedikit demi sedikit.
    Bagaimana menurut akalmu? Apa yang dikatakan oleh agamamu? Seandainya engkau seorang panglima perang, apakah yang akan engkau perintahkan pada bala tentaramu disaat seperti ini?

    Kalau memang engkau punya pandangan lain apa yang harus dilakukan oleh bala tentara disaat seperti ini, silahkan jelaskan pada kami dengan detail dan logis serta agamis! Pertanyaan ini juga ditujukan kepada para ulama yang merubah pandangannya secara tiba-tiba, dan mengirim fatwa dari Saudi Arabia akan kewajiban menghancurkan Suriah.”.
    Fatwa serupa juga beberapa kali telah dijelaskan oleh beliau baik secara tertulis atau di dalam khutbah-khutbah beliau, termasuk khutbah jumat terakhir seminggu sebelum wafatnya beliau yaitu pada tanggal 15-3-2013. Beliau seakan tidak punya pilihan lain selain mempertahankan tanah air dari agresi Zioniis. Beliau sadar betul bahwa saat ini Israil semakin tertekan dalam memperluas wilayahnya di Palestina kerena, tidak ada pilihan lain selain mencaplok tetangganya yang lain, dan yang paling memungkinkan adalah Suriah dibandingkan dengan Mesir dan Yordania.
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Item Reviewed: Membaca Ijtihad Politik (Siyasah) Al Fadhil Syeikh Ramadhan Al Bouthi Rating: 5 Reviewed By: Krueng
    Scroll to Top