Imam al-Haddad radhiyallâhu ta’âlâ ‘anhu wa ardhâh berkata dalam syairnya:
Bercucuran di mataku dengan linangan air mata | Bagaimana mungkin aku
tidak menangis karena aku ini kehilangan banyak yang berharga.
Aku menangisi karena umurku yang berlalu dan sudah dekat ajalku |
Dengan hanya sekedar cita-cita yang menipu, semu dan dengan amal-amal
yang tidak berharga.
Apabila kita ini merenungi kutipan syair
Imam Haddad di atas dengan hati yang betul-betul kosong, dengan hati
yang sunyi dari cinta dunia.
Maka akan membuat diri kita ini meremehkan
jika melihat soal dunia, sebab jika kita mau menghayati syair tersebut
lebih dalam lagi dan mau memikirkannya, kita akan segera mengetahui apa
itu hakikat dunia yang sebenarnya.
Perhatikanlah Dzahirnya dunia itu
memang manis, hijau. Kalau kita rasakan nikmat, kalau kita pandang
tertarik (seperti pemandangan hijau yang menarik). Akan tetapi,
hakekatnya (batinnya dunia) itu seperti bangkai yang paling menjijikan. Kalau seandainya bangkai tadi itu dibuat makanan
yang nikmat. Apakah kita itu merasa jijik atau berubah memakan dengan
nikmat? Sate tikus, apakah kita mau makan? Pindang tekek, apa juga kita mau makan? Es comberan misalnya, apa juga mau diminun? Sekalipun
lezat, tetapi hakikatnya itu menjijikan.
Kita akan membuat
perumpamaan yang lain. Seandainya kita ini menjadi seperti lebah, tidak
mau mengambil selain sari bunga. Maka hasilnya adalah madu?! Namun,
kalau kita ini maunya menjadi seperti laler atau kecoa yang sukanya
menikmati kotoran-kotoran, bahkan kotoran manusia. Maka yang keluar
adalah penyakit. Oleh karenanya, janganlah diri kita ini memiliki
mental seperti mentalnya kecoa. Orang-orang yang
bijak seperti Imam Haddad, kalau melihat dunia ini seperti bangkai?!
Tetapi, kalau diri kita melihat dunia ini seperti kecoa, ini nikmat,
Seperti laler, ini lezat, Subhanallah betapa tertipunya diri kita ini.
Pernah diceritakan bahwa dunia ini merayu-rayu Imam Haddad. Seperti
perempuan yang merayu-rayu untuk mengajak bermain serong. Maka Imam Haddad
mengatakan, "Tanahai, tanahai laa salaaman wa laa ridhaa' ( Hei minggir,
minggir tidak ada salam, tidak ada ridha) Itulah yang dikatakan Imam
Haddad, beliau dan para Arifiin lainnya mengetahui hakikat akan dunia,
karenanya mereka itu merasa jijik dengan urusan dunia, lantas bagaimana
dengan kita. Wallahu A'lam.
semoga ada manfaatnya
0 komentar:
Post a Comment